INDUSTRI JAMU, ANTARA IPTEK , CITRA &'JAMU KIMIA' PDF Cetak
Sedangkan obat herbal terstandar adalah yang memenuhi kriteria aman, klaim khasiat dibuktikan secara ilmiah, telah dilakukan standarisasi terhadap bahan baku yang dipergunakan dalam produk jadi, memenuhi persyaratan mutu yang berlaku. Kategori terakhir adalah fitofarmaka dengan persyaratan aman, klaim khasiat berdasarkan uji klinis, telah dilakukan standarisasi terhadap bahan baku yang dipergunakan, dan memenuhi persyaratan mutu yang berlaku.
Saat ini, dari ribuan produk obat alami yang beredar di pasaran, baru lima sediaan yang masuk kategori fitofarmaka, dan sekitar 17 produk obat herbal terstandar yang telah diregistrasi oleh BPOM awal tahun lalu. Nama produk-produk fitofarmaka a.l. Nodia, Rheumaneer, Stimuno, Tensigarp Agromed, dan X-Gra. Sedangkan produk herbal berstandar a.l. Diabmeneer, Diapet, Fitogaster, Fitolac, Glucogarp, Ho Stimuno, Irex Max, Kiranti Pegal Linu, Kiranti Sehat Datang Bulan, Kuat Segar (Chang Sheuw Tian Ran Ling Yao), Lelap, Prisidii, Reumakur, Sehat Tubuh (Tian Ran Ling You), Songgolangit, Stop Diar Plus dan Virugon. Ada satu hal yang menarik, dari lima perusahaan yang produknya telah mencapai tahapan fitofarmaka, ternyata hanya satu produk yang dibuat oleh pabrikan jamu yaitu Nyonya Meneer dengan memakai merek Rheumaneer.
Sisanya dibuat oleh perusahaan farmasi. Sangat sedikitnya perusahaan jamu yang berhasil membuat produk herbal dengan klasifikasi fitofarmaka, lebih disebabkan karena untuk mencapai tahapan itu dibutuhkan modal sangat besar. Karena itu, wajarlah jika pabrikan farmasi yang memang punya dana riset dan teknologi lebih kuat memiliki kemampuan lebih besar untuk menghasilkan obat katagori fitofarmaka. Hingga saat ini aspek pendanaan riset dan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) yang dimiliki, masih menjadi kendala utama industri jamu dalam memproduksi obat fitofarmaka.
Atas dasar itu Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) khususnya pusat farmasi dan medika memiliki komitmen yang kuat untuk ikut terlibat dalam mengembangkan sektor ini. Pengembangan industri obat-obatan merupakan salah satu dari enam program kerja dari Kementrian Riset dan Teknologi (KRT) yang tertuang dalam enam bidang bidang Risteknas. BPPT telah menyelesaikan dua jenis obat yang berbasis bahan baku alami dengan indikasi kuat sebagai fitoestrogen yang berfungsi untuk membantu penyesuaian tubuh dan mengurangi gejala karena perubahan hormonal drastis pada masa manopause, dan antikolesterol. Perlu sinergi Menurut Deputi Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi BPPT Wahono Sumaryono, jika sinergi dari Academician, Business & Government (ABG) dapat diwujudkan, maka pada 2009 mendatang diproyeksikan, Indonesia memiliki sekitar 25 obat alami kategori fitofarmaka dan 50 jenis obat herbal terstandar.
Dengan begitu, maka Indonesia dapat maju bersama-sama dengan negara lain seperti India, dan China yang memiliki basis industri farmasi yang kuat. Kalau mereka bergerak di industri berbasis bahan kimia, maka Indonesia maju dengan obat alami Indonesia. Pemerintah, produsen dan pihak lainnya tidak perlu lagi khawatir bahwa Indonesia akan dijadikan pasar obat alami pada 2010 mendatang, karena industriawan mampu berdiri sejajar dengan negara Asia Tenggara lainnya dengan dukungan Iptek tentunya. Tidak hanya itu saja, pasar di dalam negeri juga akan semakin meningkat, karena sesuai dengan seruan dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan Menteri Kesehatan, bahwa obat kategori fitofarmaka boleh diresepkan.
Kondisi itu, diperkirakan akan meningkatkan pangsa pasar obat alami, kalau sekarag hanya 10% dari pasar farmasi nasional, maka pada 2009 diproyeksikan mencapai 20% jika konsep ABG itu diterapkan. Pelaksanaan penelitian hingga sekarang masih 90% dilakukan oleh pemerintah, sedangkan sisanya industri. Tidak adanya, stimulus dari pemerintah dalam bentuk insentif fiskal dan nonfiskal bagi industri yang melakukan riset, membuat mereka [industriawan] enggan untuk melakukannya. (rahayuningsih@bisnis.co.id) Sumber : Bisnis Indonesia (1/9/05) ***
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar